Pages

Tuesday, 18 October 2016

Analisis Cerpen H.B. Jassin "Kampungku yang Sunyi"

Analisis Cerpen
Karya: H.B Jassin (Angkatan ’66)
Judul : Kampungku yang Sunyi


1.      Unsur Instrisik
a.       Tema:        Sosial-Ekonomi
b.      Tokoh:       1. Aku
2. Kawan (kawannya tokoh aku)
c. Penokohan: 1. Aku (karakter peduli ), karena walaupun “aku” merantau ke kota dan jarang pulang di kampung halamannya karena pekerjaannya di kota, si “aku” tetap menanyakan keadaan yang ada di kampong dengan temannya melalui surat.
                        2. Kawan (ceroboh, baik, dan terbuka), “kawan” ini ceroboh karena ketika dalam masa kejayaan dan sejahtera di kampungnya yaitu penghasilan mereka besar karena menyadap karet, dan harga karet melambung tinggi, mereka hidupnya royal, uangnya dibelikan barang-barang yang tidak berguna dan lading padi mereka tidak diurus, sehingga ketika harga karet merosot “kawan” dan yang ada di kampung P jatuh miskin.
                        Tokoh “kawan” baik dan terbuka karena sering membalas surat “aku” dan menceritakan keadaan kampung P.
d.      Latar:         1. Latar Tempat
a.       Di sungai
Ketika para remaja dan anak-anak bermain sampan.
b.      Kantor pemerintahan
Ketika para demonstran menyerbu kantor pemerintahan dan meneriakan anti Nica.
c.       Di tempat pertemuan (di pinggir sungai ada semacama gubuk)
Di tempat pertemuan itu biasanya kami membicarakan apa saja, bahkan sampai tertawa tebahak-bahak.
2. Latar Suasana
a. sedih
ketika “kawan” menceritakan kepada “aku” bahwa kampung P itu sekarang sepi karena kemiskinan yang melanda kampung P.
b. Menegangkan
letusan senapan serdadu-serdadu Nica menyerang para demostran dan mengakibatkan jatuhnya koraban.
c. Senang
bila malam baik dan bulan bersinar tak jarang akau mengikut kawan-kawan yang besar sedikit bermain sampan.
3. Latar Waktu
a. Sore hari
ketika tokoh “aku” mengatakan kebiasaan di kampungku makam malam dilakukan pada jam 5 sore.
b.      Malam hari
Dan dipertemuan itu pada jauh malam tentunya orang-orang lelaki berada di sini.

e.       Alur:          Alur campuran (maju-mundur)
Karena si tokoh “aku” awalnya menceritakan masa lalunya sewaktu kecil ketika masih di kampung P sedang si “aku” sekarang masih merantau. Dan kemudian si “aku” menceritakan dengan masa sekarang yang dihapinya.
f.       Sudut pandang:     Orang pertama pelaku utama
Karena tokoh yang serba tahu adalah tokoh “aku”
g.      Gaya bahasa:         mudah dimengerti tapi tidak menarik, karena
menggunakan bahasa yang tidak membuat pembaca tertarik (bahasanya biasa).
h.      Amanat:    Jangan menghambur-hamburkan harta selagi masih jaya,
karena berfoya-foya akan membuat kita menjadi pribadi yang konsumtif, lebih baik hemat. Hemat bukan berarti pelit atau tidak boleh membeli apa-apa, tapi menggunakan uang kita untuk kebutuhan yang diperlukan saja, karena hemat pangkal kaya.
II. Resensi
Kelebihan :      Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sehingga
dibaca oleh kalangan umum atau yang tidak berpendiidkan tinggi pun (jenjang SMP dan SMA) dengan mudah di mengerti.
Judul dan isi cerita sesuai.
Kelemahan :    Tidak menarik jika dibaca oleh kalangan remaja karena
ceritanya monoton, tidak ada variasi yang membuat cerita lebih hidup ataupun menarik. Konflik cerita tidak menarik, klimaksnya pun hanya datar saja. Bahasa yang digunakan terlalu biasa, tidak ada unsur yang membuat pembaca penasaran dengan ceritanya.
Seharusnya ceritanya dikemas dengan sedemikian rupa, dengan konflik yang lebih mendebarkan lagi, dengan latar suasanya yang lebih dramatis, dan gaya bahasa yang lebih menarik.


III. Bagaimana Hubungan Antar Tokoh
Hubungan antar tokoh ”aku” dengan “kawan” (teman akrab, sama-sama dari kampung P), dengan dibuktikannya, tokoh “aku” yang merantau di kota yang sudah bertahun-tahun tidak pulang tetap mengirimkan surat ke “kawan” untuk menanyakan keadaan di kampung P, dan tokoh “kawan” pu tidak sungkan dan selalu membalas surat dari “aku”.

IV. Hubungan Tema Cerita di dalam Kehidupan
1.      Kehidupan sosial
Hubungan tema dengan kehidupan sosial yaitu kehidupan pada cerita digambarkan sangat kemasyarakatannya sangat kental karena masih dipedasaan, yang anak-anak dan remaja masih bermain bersama di lingkungan perkampungan, tidak seperti di kehidupan sekarang yang menonjolkan sifat keindividuannya yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan bersosialisasi dengan tetangga ataupun masyarakat sekitar rumah, dan zaman sekarag juga serba teknologi sehingga membuat setiap individu sibuk dengan gadget canggihnya dibandingkan mengobrol secara langsung dengan teman atau orang disekitarnya.
2.      Politik
Cerita tersebut juga masih ada penjajahan yaitu perkampungan P dijajah oleh Jepang (Nica) yang di kampungnya di bom, dan banyak masyarakat di kampunng P yang menjadi korban. Keadaan politiknya belum stabil karena masih terjadi penjajahan yang membuat keadaan tidak kondusif atau krisi keamanan. Masyarakat di kampung P tentunya jadi sunyi sepi karena takut untuk beraktivitas dan menjalankan kegiatan di luar rumah seperti biasanya, namun pada akhirnya masyrakat kampung P para pemuda bergerak, bergotong royong untuk melawan para penjajah dan berhasil melawan para tentara Nica, berbeda dengan kehidupan zaman sekarang yang bebas dari penjajahan negara lain yang ingin merebut daerah kita, namun zaman sekarang masih dijajah namun oleh orang pri bumi seperti para penjabat Negara maupun pemerintah kota dan dearah yang korupsi mengambil harta rakyat untuk kepentingan pribadi, menyalahgunakan kekuasaan untuk mengenyangkan perutnya yang buncit. Begitu juga dengan orang-orang pri bumi banyak melakukan pengeboman untuk modus tertentu biasanya pemerasan dan lainnya. Keaadaan politiknya yang sudah stabil, namun karena dengan adanya polemik antar para petinggi Negara, keadaan politik sering tergoncang.

3.      Kehidupan Ekonomi
Cerita tersebut menceritakan kehidupan ekonominya yang apada awalnya makmur dan sejahtera karena harga getah karet melambung tinggi, sehingga masyarakat di kampung P hanya bekerja sebagai penyadap pohon karet pun mampu hidup berkecukupan, dan mereka tidak mengurus lading padi mereka karena mereka berfikiran mereka bisa membeli beras dengan harga berapa saja. Ketika harga getah karet jatuh mereka pun kebingungan dan akhirnya jatuh miskin karena mereka menelantarkan lading padi mereka dan mereka harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka menyesal karena mereka tidak berfikir ke depan bahwa harga getah karet tidak selalu tinggi. Berbeda dengan kehidupan sekarang yang pada umumnya masyarakat sekarang lebih pandai berorientasi pada masa depan, dan memilih untuk menginvestasikan harganya dibandingkan dengan membelanjakannya.


1 comment: