KELANGSUNGAN DAN KELITERALAN TUTURAN ANAK UMUR 5 TAHUN
Ulfa Mia Lestari
Mata Kuliah
Analisis Wacana
Dosen Pengampu
Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
2016
PRAKATA
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat serta hidayah-Nya lah makalah berjudul “Kelangsungan dan KELITERALAN
Tuturan Anak Umur 5 Tahun” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tak lupa pula
peneliti menyampaikan terima kasih pada pihak-pihak yang sudah membantu peneliti
dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Analisis
Wacana. Objek penelitian ini adalah seorang anak umur 5 tahun. Metode yang peneliti
lakukan adalah metode pengamatan. Dalam makalah ini peneliti menjelaskan
kelangsungan dan KELITERALAN tuturan anak umur 5 tahun tersebut.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini. Sehingga peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Bandarlampung, Juni 2016
Peneliti
DAFTAR ISI
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memahami bahasa anak-anak tak dapat disamakan
dengan cara memahami bahasa orang dewasa. Anak-anak yang dalam pemerolehan
bahasanya masih dalam tahap peniruan bahasa orang dewasa. Tuturan bahasanya
akan cenderung hampir sama dengan orang-orang dewasa di sekitarnya.
Anak umur 5 tahun memiliki penguasaan bahasa
yang lebih banyak daripada anak-anak di bawah 5 tahun. Pada usia ini anak-anak
sudah mulai memahami cara menyampaikan sesuatu pada orang dewasa untuk
mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Bahkan, anak umur 5 tahun sudah bisa
mencari tuturan yang benar agar orang dewasa dapat memenuhi keinginannya dengan
baik. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa anak umur 5 tahun sudah menggunakan
teori kelangsungan dan KELITERALAN tuturan.
Objek penelitian peneliti adalah keponakan peneliti
sendiri. Untuk itu penelitian ini sudah mulai dilakukan saat anak ini mulai
menginjak umur 5 tahun sampai memasuki usia 6 tahun. Dalam usia tersebut peneliti
menemukan beberapa tuturan, yaitu langsung literal, langsung tidak literal,
tidak langsung literal, tidak langsung tidak literal.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
bagaimana bentuk dan makna tuturan langsung literal objek?
2.
bagaimana bentuk dan makna tuturan langsung tidak literal objek?
3.
bagaimana bentuk dan makna tuturan tidak langsung literal objek?
4.
bagaimana bentuk dan makna tuturan tidak langsung dan tidak literal
objek?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
menjelaskan bentuk dan makna tuturan langsung literal objek;
2.
menjelaskan bentuk dan makna tuturan langsung tidak literal objek;
3.
menjelaskan bentuk dan makna tuturan tidak langsung literal objek; dan
4.
menjelaskan bentuk dan makna tuturan tidak langsung dan tidak literal
objek.
BAB II
KAJIAN TEORI
Rusminto (2013: 81) berpendapat bahwa dalam sebuah peristiwa tutur, pada
kenyataannya, penutur tidak selalu mengatakan yang dimaksudkannya secara
langsung. Dengan kata lain, untuk menyampaikan maksud tertentu, penutur sering
juga menggunakan tindak tutur tidak langsung. Penggnaan bentuk verbal langsung
dan tidak langsung dalam peristiwa tutur ini sejalan dengan pandangan bahwa
bentuk tutur yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang
sama, sebaliknya berbagai macam maksud dapat disampaikan dengan tuturan yang
sama (Ibrahim, 2001: 320, dalam Rusminto, 2013: 81).
Djadjasudarma (1994, dalam Rusminto, 2013: 82) mengemukakan bahwa tindak
tutur langsung adalah tindak tutur yang diungkapkan secara lugas sehingga mudah
dipahami oleh mitra tutur. Sedangkan tindak tutur tidak langsung adalah tindak
tutur yang bermakna kontekstual dan situasional.
Kelangsungan dan ketidaklangungan sebuah tuturan bersangkut paut dengan
dua hal pokok, yaitu masalah bentuk dan masalah isi tuturan. Masalah bentuk
tuturan berkaitan dengan realisasi maksim cara, yakni bersangkut paut dengan
bagaimana tuturan diformulasikan dan bagaimana bentuk satuan pragmatik yang
digunakan untuk mewujudkan suatu ilokusi. Sementara itu, masalah isi berkaitan
dengan maksud yang terkandung pada
ilokusi tersebut. Jika isi ilokusi mengandung maksud yang sama dengan makna
performanisnya, tuturan tersebut disebut tuturan langsung. Sebaliknya, jika
maksud suatu ilokusi berbeda dengan makna performansinya, tuturan tersebut
disebut tuturan tidak langsung.
Sementara itu, untuk melihat kelangsungan dan ketidaklangsungan sebuah
tuturan dapat juga ditempuh dengan beberapa cara. Blum-Kulka (1987, dalam Rusminto,
2013: 83) menyebutkan bahwa kelangsungan dan ketidaklangsungan sebuah tuturan
dapat dilihat dari daya pragmatik sebuah tuturan. Berdasarkan daya pragmatik
ini, kelangsungan dan ketidaklangsungan sebuah tuturan dapat dilihat dari dua
cara, yaitu (1) dengan melihat beban kognitif suatu tuturan dan (2) dengan
menarik implikatur percakapan terhadap tuturn tersebut.
Leech (1983:123-124, dalam Rusminto, 2013: 84) mengemukakan bahwa
kelangsungan dan ketidaklangsungan sebuah tuturan dapat diukur dengan skala
ketidaklangsungan. Skala ketidaklangsungan ini dapat dipandang dari dua sudut
pandang, yaitu sudut pandang penutur dan sudut pandang mitra tutur. Dari sudut
pandang penutur kelangsungan dan ketidaklangsungan ditentukan dengan melihat
panjang jalan yang menghubungkan tindak ilokusi dengan tujuan ilokusi yang
ingin dicapai, yakni strategi ilokusi yang ditempuh oleh penutur untuk mencapai
tujuan ilokusi. Di sisi lain, dari sudut pandang mitra tutur, kelangsungan dan
ketidaklangsungan diperlukan oleh mitra tutur dalam merekonstruksi langkah demi
langkah dalam menginterperetasi dan memahami sebuah tindak ilokusi.
Wijana (1996, dalam Rusminto, 2013: 86) mengklasifikasikan kelangsungan
dan ketidaklangsungan tindak tutur atas delapan klasifikasi yang disebutnya sebagai
modus tindak tutur, yaitu (1) modus langsung, yakni modus tuturan yang
mencerminkan kesesuain antara tuturan dengan tindak yang diharapkan, misalnya
tuturan deklaratif untuk menginformasikan sesuatu, tuturan interogatif untuk
bertanya; (2) modus tidak langsung, yakni modus tuturan yang mencerminkan
ketidaksesuaian anyara tuturan dengan tindakan yang diharapkan dengan tujuan
agar tuturan dianggap lebih sopan, misalnya tuturan interogatif untuk
memerintah; (3) modus literal, modus tuturan yang mencerminkan kesesuaian makna
literal tuturan dengan tindakan yang diharapkan; (4) modus tidak literal, yakni
modus tuturan yang mencerminkan ketidaksamaan makna literal tuturan dengan
tindakan yang diharapkan; (5) modus langsung literal, yakni modus yang mencerminkan
kesamaan bentuk makna literal tuturan dengan tindakan yang diharapkan; tuturan
deklaratif untuk memberitahukan sesuatu; (6) modus tidak langsung literal,
yakni modus tuturan yang dituturkan dengan bentuk yang tidak sesuai dengan
tindakan yang diharapkan tetapi antara makna literal dengan tindakan yang
diharapkan terdapat kesamaan; (7) modus langsung tidak literal, yakni modus yang diungkapkan dengan bentuk tuturan
yang sesuai dengan tindakan yang diharapkan tetapi makna literal tuturan tidak
sesuai dengan tindakan yang diharapkan; (8) modus tidak langsung tidak literal,
yakni modus yang diungkapkan dengan bentuk dan makna literal yang tidak sesuai
dengan tindakan yang diharapkan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode
adalah suatu cara atau langkah yang harus diikuti untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan dalam suatu kegiatan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung
saat ini atau saat yang lampau.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap tuturan anak
umur 5 tahun. Peneliti meneliti objek dari awal umur 5 tahun sampai memasuki
usia 6 tahun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
peneliti mendapatkan 18 ujaran. Berikut tabel pengelompokkan data tersebut.
Tabel Hasil
Penelitian Tuturan
No
Data
|
Tuturan
|
|||
Langsung
Literal
|
Langsung
Tidak Literal
|
Tidak
Langsung Literal
|
Tidak
Langsung Tidak Literal
|
|
1
|
Uti, minta uang!
|
|
|
|
2
|
Ma, buatin susu!
|
|
|
|
3
|
Kakung, idupin tv-nya!
|
|
|
|
4
|
Ma, beliin es krim pulang
dari warung nanti!
|
|
|
|
5
|
Kwangkwang tadi pergi.
|
|
|
|
6
|
Tante, aku mau main dulu
tempat oom Bintang.
|
|
|
|
7
|
Adek, duduk!
|
|
|
|
8
|
|
Besok aku tu libur sekolahnya,
Ma.
|
|
|
9
|
|
Ma, ini jam berapa, ya?
|
|
|
10
|
|
Tante, aku dapet piala kayak
punya tante, loh.
|
|
|
11
|
|
Adek dulu yang makan.
|
|
|
12
|
|
|
Kalo udah tidur siang boleh
main?
|
|
13
|
|
|
Kwangkwang belum dikasih
makan lo, Ma.
|
|
14
|
|
|
Zombinya udah tante hapus,
ya?
|
|
15
|
|
|
|
Ma, nanti kalo hujan gimana?
|
16
|
|
|
|
Aku punya umang-umang di
rumah
|
17
|
|
|
|
Mama belum buatin aku susu,
kan?
|
18
|
|
|
|
Kalon Adek di rumah, Adek
bisa nonton alap-alap sama Tante.
|
4.2 Pembahasan
Pembahasan berdasarkan hasil di atas adalah sebagai berikut.
4.2.1
Tuturan Langsung Literal
1.
Data 1
Data 1 merupakan tuturan langsung literal.
Maksud dari tuturan adalah meminta uang pada neneknya, dan modus kalimatnya
adalah kalimat meminta.
2.
Data 2
Data 2 merupakan tuturan langsung literal.
Maksud dari tuturan adalah meminta dibuatkan susu, dan modus kalimatnya adalah
kalimat perintah.
3.
Data 3
Data 3 merupakan tuturan langsung literal.
Maksud dari tuturan adalah meminta agar tv dihidupkan, dan modus kalimatnya
adalah kalimat perintah.
4.
Data 4
Data 4 merupakan tuturan langsung literal.
Maksud dari tuturan adalah meminta dibelikan es krim saat ibunya pulang dari
bekerja, dan modus kalimatnya adalah kalimat perintah.
5.
Data 5
Data 5 merupakan tuturan langsung literal.
Maksud dari tuturan adalah memberitahukan bahwa kucingnya yang bernama
Kwangkwang sudah pergi tadi, dan modus kalimatnya adalah kalimat deklaratif.
6.
Data 6
Data 6 merupakan tuturan langsung literal.
Maksud dari tuturan adalah memberitahukan bahwa dia hendak pergi ke rumah
oomnya, dan modus kalimatnya adalah kalimat deklaratif.
7.
Data 7
Data 7 merupakan tuturan langsung literal.
Maksud dari tuturan adalah menyuruh adiknya untuk duduk, dan modus kalimatnya
adalah kalimat imperatif.
4.2.2
Tuturan Langsung Tidak Literal
1. Data 8
Data 8 merupakan tuturan tidak langsung
literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek belum tidur pada pukul 10.00
malam. Ibunya kemudian menyuruhnya tidur. Maksud dari tuturan ini adalah ia
ingin memberitahukan pada ibunya bahwa dia masih ingin menonton tv. Tapi dalam
tuturan tidak disebutkan demikian. modus kalimatnya adalah kalimat deklaratif.
2.
Data 9
Data 9 merupakan tuturan tidak langsung
literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek baru belajar berpuasa, dan pada
pukul 03.00 sore dia sudah merasa kelaparan. Kemudian, ia bertanya pada ibunya
sudah jam berapa. Maksud dari tuturan ini adalah ia ingin bertanya kapan buka
puasanya. Tapi, dalam tuturan tidak disebutkan demikian. modus kalimatnya
adalah kalimat interogatif.
3.
Data 10
Data 10 merupakan tuturan tidak langsung
literal. Konteks dalam tuturan ini adalah dulu tantenya pernah berjanji akan
memberinya hadiah jika objek bisa mendapat piala seperti miliknya. Maksud dari
tuturan ini adalah ia ingin menagih janjinya itu. Tapi, dalam tuturan tidak
disebutkan. modus kalimatnya adalah kalimat deklaratif.
4.
Data 11
Data 11 merupakan tuturan tidak langsung
literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek dan adiknya mau makan. Tapi,
saat itu objek sedang makan permen. Maksud dari tuturan ini adalah objek ingin
memberitahu bahwa dia beum bisa makan sekarang. Tapi, dalam tuturan tidak
disebutkan. modus kalimatnya adalah kalimat deklaratif.
4.2.3
Tuturan Tidak Langsung Literal
1. Data 12
Data 12 merupakan tuturan langsung tidak
literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek ingin pergi main, tapi ibunya
menyuruhnya tidur siang. Maksud dari tuturan ini adalah dia memberitahu bahwa
ia ingin pergi main. Modus kalimatnya bukan kalimat deklaratif melainkan
kalimat interogatif.
2. Data 13
Data 13 merupakan tuturan langsung tidak
literal. Konteks dalam tuturan ini adalah kucing objek belum makan pagi itu.
Kemudian ibunya sedang makan dan kucingnya mendekati ibunya. Maksud dari
tuturan inii adalah objek meminta ibunya memberi kucingnya makanan. Tapi, modus
kalimatnya bukan kalimat imperatif melainkan kalimat deklaratif.
3.
Data 14
Data 14 merupakan tuturan langsung tidak
literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek ingin sekali bermain game
di laptop tantenya. Tapi, karena tantenya sedang sibuk dia bertanya dulu apakah
game yang dia inginkan masih ada atau sudah dihapus. Maksud dari tuturan
ini adalah dia ingin meminta tantenya membuka game itu untuknya. Tapi,
modus kalimatnya bukan kalimat imperatif melainkan kalimat interogatif.
2.2.4
Tuturan Tidak Langsung Tidak Literal
1. Data 15
Data 15 merupakan tuturan tidak langsung tidak
literal. Konteks dalam tuturan ini adalah ibu objek akan pergi bekerja. Maksud
dari tuturan ini adalah objek ingin melarang ibunya pergi bekerja. Tapi, dalam
tuturan tidak disebutkan. Tidak literal karena modus kalimatnya bukan kalimat
imperatif melainkan kalimat deklaratif.
2.
Data 16
Data 16 merupakan tuturan tidak langsung
literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek sedang main ke tempat temannya.
Maksud dari tuturan ini adalah objek ingin mengajak temannya main ke rumahnya.
Tapi, dalam tuturan tidak disebutkan. Tidak literal karena modus kalimatnya
bukan kalimat imperatif melainkan kalimat deklaratif.
3.
Data 17
Data 17 merupakan tuturan tidak langsung tidak
literal. Konteks dalam tuturan ini adalah ibu objek akan pergi bekerja. Maksud
dari tuturan ini adalah objek ingin menyuruh ibunya tinggal lebih lama
dengannya pagi itu. Tapi, dalam tuturan tidak disebutkan. Tidak literal karena
modus kalimatnya bukan kalimat imperatif melainkan kalimat interogatif.
4.
Data 18
Data 18 merupakan tuturan tidak langsung tidak
literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek akan pergi main keluar.
Kemudian, adiknya ingin ikut. Maksud dari tuturan ini adalah ia ingin melarang
adiknya untuk mengikutinya. Tapi, dalam tuturan tidak disebutkan. Tidak literal
karena modus kalimatnya bukan kalimat imperatif melainkan kalimat deklaratif.
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah peneliti lakukan, peneliti
mendapat simpulan, yaitu bahwa anak-anak umur 5 tahun sudah mengerti cara
menyampaikan sesuatu dengan cara lain pada orang dewasa, baik secara langsung
literal, langsung tidak literal, tidak langsung literal, ataupun tidak langsung
tidak literal. Hal ini menunjukkan bahwa teori kelangsungan dan KELITERALAN
tuturan dapat dijadikan acuan untuk memahami bahasa anak-anak umur 5 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Rusminto, Nurlaksana Eko. 2013. Analisis
Wacana Sebuah Kajian Teoritis dan Praktis. Lampung: Universitas Lampung
No comments:
Post a Comment