Pages

Tuesday, 18 October 2016

Kelangsungan dan Keliteraralan Tuturan Anak Umur 5 Tahun

KELANGSUNGAN DAN KELITERALAN TUTURAN ANAK UMUR 5 TAHUN

Oleh
Ulfa Mia Lestari

Mata Kuliah
Analisis Wacana

Dosen Pengampu
Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd.






Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
2016


PRAKATA


Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat serta hidayah-Nya lah makalah berjudul “Kelangsungan dan KELITERALAN Tuturan Anak Umur 5 Tahun” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tak lupa pula peneliti menyampaikan terima kasih pada pihak-pihak yang sudah membantu peneliti dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Analisis Wacana. Objek penelitian ini adalah seorang anak umur 5 tahun. Metode yang peneliti lakukan adalah metode pengamatan. Dalam makalah ini peneliti menjelaskan kelangsungan dan KELITERALAN tuturan anak umur 5 tahun tersebut.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini. Sehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Bandarlampung, Juni 2016

Peneliti


DAFTAR ISI



Lampiran



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Memahami bahasa anak-anak tak dapat disamakan dengan cara memahami bahasa orang dewasa. Anak-anak yang dalam pemerolehan bahasanya masih dalam tahap peniruan bahasa orang dewasa. Tuturan bahasanya akan cenderung hampir sama dengan orang-orang dewasa di sekitarnya.
Anak umur 5 tahun memiliki penguasaan bahasa yang lebih banyak daripada anak-anak di bawah 5 tahun. Pada usia ini anak-anak sudah mulai memahami cara menyampaikan sesuatu pada orang dewasa untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Bahkan, anak umur 5 tahun sudah bisa mencari tuturan yang benar agar orang dewasa dapat memenuhi keinginannya dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa anak umur 5 tahun sudah menggunakan teori kelangsungan dan KELITERALAN tuturan.
Objek penelitian peneliti adalah keponakan peneliti sendiri. Untuk itu penelitian ini sudah mulai dilakukan saat anak ini mulai menginjak umur 5 tahun sampai memasuki usia 6 tahun. Dalam usia tersebut peneliti menemukan beberapa tuturan, yaitu langsung literal, langsung tidak literal, tidak langsung literal, tidak langsung tidak literal.

1.2  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      bagaimana bentuk dan makna tuturan langsung literal objek?
2.      bagaimana bentuk dan makna tuturan langsung tidak literal objek?
3.      bagaimana bentuk dan makna tuturan tidak langsung literal objek?
4.      bagaimana bentuk dan makna tuturan tidak langsung dan tidak literal objek?

1.3  Tujuan

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      menjelaskan bentuk dan makna tuturan langsung literal objek;
2.      menjelaskan bentuk dan makna tuturan langsung tidak literal objek;
3.      menjelaskan bentuk dan makna tuturan tidak langsung literal objek; dan
4.      menjelaskan bentuk dan makna tuturan tidak langsung dan tidak literal objek.


BAB II
KAJIAN TEORI


Rusminto (2013: 81) berpendapat bahwa dalam sebuah peristiwa tutur, pada kenyataannya, penutur tidak selalu mengatakan yang dimaksudkannya secara langsung. Dengan kata lain, untuk menyampaikan maksud tertentu, penutur sering juga menggunakan tindak tutur tidak langsung. Penggnaan bentuk verbal langsung dan tidak langsung dalam peristiwa tutur ini sejalan dengan pandangan bahwa bentuk tutur yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang sama, sebaliknya berbagai macam maksud dapat disampaikan dengan tuturan yang sama (Ibrahim, 2001: 320, dalam Rusminto, 2013: 81).
Djadjasudarma (1994, dalam Rusminto, 2013: 82) mengemukakan bahwa tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang diungkapkan secara lugas sehingga mudah dipahami oleh mitra tutur. Sedangkan tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur yang bermakna kontekstual dan situasional.
Kelangsungan dan ketidaklangungan sebuah tuturan bersangkut paut dengan dua hal pokok, yaitu masalah bentuk dan masalah isi tuturan. Masalah bentuk tuturan berkaitan dengan realisasi maksim cara, yakni bersangkut paut dengan bagaimana tuturan diformulasikan dan bagaimana bentuk satuan pragmatik yang digunakan untuk mewujudkan suatu ilokusi. Sementara itu, masalah isi berkaitan dengan maksud  yang terkandung pada ilokusi tersebut. Jika isi ilokusi mengandung maksud yang sama dengan makna performanisnya, tuturan tersebut disebut tuturan langsung. Sebaliknya, jika maksud suatu ilokusi berbeda dengan makna performansinya, tuturan tersebut disebut tuturan tidak langsung.
Sementara itu, untuk melihat kelangsungan dan ketidaklangsungan sebuah tuturan dapat juga ditempuh dengan beberapa cara. Blum-Kulka (1987, dalam Rusminto, 2013: 83) menyebutkan bahwa kelangsungan dan ketidaklangsungan sebuah tuturan dapat dilihat dari daya pragmatik sebuah tuturan. Berdasarkan daya pragmatik ini, kelangsungan dan ketidaklangsungan sebuah tuturan dapat dilihat dari dua cara, yaitu (1) dengan melihat beban kognitif suatu tuturan dan (2) dengan menarik implikatur percakapan terhadap tuturn tersebut.
Leech (1983:123-124, dalam Rusminto, 2013: 84) mengemukakan bahwa kelangsungan dan ketidaklangsungan sebuah tuturan dapat diukur dengan skala ketidaklangsungan. Skala ketidaklangsungan ini dapat dipandang dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang penutur dan sudut pandang mitra tutur. Dari sudut pandang penutur kelangsungan dan ketidaklangsungan ditentukan dengan melihat panjang jalan yang menghubungkan tindak ilokusi dengan tujuan ilokusi yang ingin dicapai, yakni strategi ilokusi yang ditempuh oleh penutur untuk mencapai tujuan ilokusi. Di sisi lain, dari sudut pandang mitra tutur, kelangsungan dan ketidaklangsungan diperlukan oleh mitra tutur dalam merekonstruksi langkah demi langkah dalam menginterperetasi dan memahami sebuah tindak ilokusi.
Wijana (1996, dalam Rusminto, 2013: 86) mengklasifikasikan kelangsungan dan ketidaklangsungan tindak tutur atas delapan klasifikasi yang disebutnya sebagai modus tindak tutur, yaitu (1) modus langsung, yakni modus tuturan yang mencerminkan kesesuain antara tuturan dengan tindak yang diharapkan, misalnya tuturan deklaratif untuk menginformasikan sesuatu, tuturan interogatif untuk bertanya; (2) modus tidak langsung, yakni modus tuturan yang mencerminkan ketidaksesuaian anyara tuturan dengan tindakan yang diharapkan dengan tujuan agar tuturan dianggap lebih sopan, misalnya tuturan interogatif untuk memerintah; (3) modus literal, modus tuturan yang mencerminkan kesesuaian makna literal tuturan dengan tindakan yang diharapkan; (4) modus tidak literal, yakni modus tuturan yang mencerminkan ketidaksamaan makna literal tuturan dengan tindakan yang diharapkan; (5) modus langsung literal, yakni modus yang mencerminkan kesamaan bentuk makna literal tuturan dengan tindakan yang diharapkan; tuturan deklaratif untuk memberitahukan sesuatu; (6) modus tidak langsung literal, yakni modus tuturan yang dituturkan dengan bentuk yang tidak sesuai dengan tindakan yang diharapkan tetapi antara makna literal dengan tindakan yang diharapkan terdapat kesamaan; (7) modus langsung tidak literal, yakni  modus yang diungkapkan dengan bentuk tuturan yang sesuai dengan tindakan yang diharapkan tetapi makna literal tuturan tidak sesuai dengan tindakan yang diharapkan; (8) modus tidak langsung tidak literal, yakni modus yang diungkapkan dengan bentuk dan makna literal yang tidak sesuai dengan tindakan yang diharapkan.

BAB III
METODE PENELITIAN


Metode adalah suatu cara atau langkah yang harus diikuti untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam suatu kegiatan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap tuturan anak umur 5 tahun. Peneliti meneliti objek dari awal umur 5 tahun sampai memasuki usia 6 tahun.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1    Hasil

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan 18 ujaran. Berikut tabel pengelompokkan data tersebut.
Tabel Hasil Penelitian Tuturan
No Data
Tuturan
Langsung Literal
Langsung Tidak Literal
Tidak Langsung Literal
Tidak Langsung Tidak Literal
1
Uti, minta uang!



2
Ma, buatin susu!



3
Kakung, idupin tv-nya!



4
Ma, beliin es krim pulang dari warung nanti!



5
Kwangkwang tadi pergi.



6
Tante, aku mau main dulu tempat oom Bintang.



7
Adek, duduk!



8

Besok aku tu libur sekolahnya, Ma.


9

Ma, ini jam berapa, ya?


10

Tante, aku dapet piala kayak punya tante, loh.


11

Adek dulu yang makan.


12


Kalo udah tidur siang boleh main?

13


Kwangkwang belum dikasih makan lo, Ma.

14


Zombinya udah tante hapus, ya?

15



Ma, nanti kalo hujan gimana?
16



Aku punya umang-umang di rumah
17



Mama belum buatin aku susu, kan?
18



Kalon Adek di rumah, Adek bisa nonton alap-alap sama Tante.

4.2    Pembahasan

Pembahasan berdasarkan hasil di atas adalah sebagai berikut.

4.2.1        Tuturan Langsung Literal

1.      Data 1
Data 1 merupakan tuturan langsung literal. Maksud dari tuturan adalah meminta uang pada neneknya, dan modus kalimatnya adalah kalimat meminta.
2.      Data 2
Data 2 merupakan tuturan langsung literal. Maksud dari tuturan adalah meminta dibuatkan susu, dan modus kalimatnya adalah kalimat perintah.
3.      Data 3
Data 3 merupakan tuturan langsung literal. Maksud dari tuturan adalah meminta agar tv dihidupkan, dan modus kalimatnya adalah kalimat perintah.
4.      Data 4
Data 4 merupakan tuturan langsung literal. Maksud dari tuturan adalah meminta dibelikan es krim saat ibunya pulang dari bekerja, dan modus kalimatnya adalah kalimat perintah.
5.      Data 5
Data 5 merupakan tuturan langsung literal. Maksud dari tuturan adalah memberitahukan bahwa kucingnya yang bernama Kwangkwang sudah pergi tadi, dan modus kalimatnya adalah kalimat deklaratif.
6.      Data 6
Data 6 merupakan tuturan langsung literal. Maksud dari tuturan adalah memberitahukan bahwa dia hendak pergi ke rumah oomnya, dan modus kalimatnya adalah kalimat deklaratif.
7.      Data 7
Data 7 merupakan tuturan langsung literal. Maksud dari tuturan adalah menyuruh adiknya untuk duduk, dan modus kalimatnya adalah kalimat imperatif.

4.2.2        Tuturan Langsung Tidak Literal

1.      Data 8
Data 8 merupakan tuturan tidak langsung literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek belum tidur pada pukul 10.00 malam. Ibunya kemudian menyuruhnya tidur. Maksud dari tuturan ini adalah ia ingin memberitahukan pada ibunya bahwa dia masih ingin menonton tv. Tapi dalam tuturan tidak disebutkan demikian. modus kalimatnya adalah kalimat deklaratif.
2.      Data 9
Data 9 merupakan tuturan tidak langsung literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek baru belajar berpuasa, dan pada pukul 03.00 sore dia sudah merasa kelaparan. Kemudian, ia bertanya pada ibunya sudah jam berapa. Maksud dari tuturan ini adalah ia ingin bertanya kapan buka puasanya. Tapi, dalam tuturan tidak disebutkan demikian. modus kalimatnya adalah kalimat interogatif.
3.      Data 10
Data 10 merupakan tuturan tidak langsung literal. Konteks dalam tuturan ini adalah dulu tantenya pernah berjanji akan memberinya hadiah jika objek bisa mendapat piala seperti miliknya. Maksud dari tuturan ini adalah ia ingin menagih janjinya itu. Tapi, dalam tuturan tidak disebutkan. modus kalimatnya adalah kalimat deklaratif.
4.      Data 11
Data 11 merupakan tuturan tidak langsung literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek dan adiknya mau makan. Tapi, saat itu objek sedang makan permen. Maksud dari tuturan ini adalah objek ingin memberitahu bahwa dia beum bisa makan sekarang. Tapi, dalam tuturan tidak disebutkan. modus kalimatnya adalah kalimat deklaratif.

4.2.3        Tuturan Tidak Langsung Literal

1.      Data 12
Data 12 merupakan tuturan langsung tidak literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek ingin pergi main, tapi ibunya menyuruhnya tidur siang. Maksud dari tuturan ini adalah dia memberitahu bahwa ia ingin pergi main. Modus kalimatnya bukan kalimat deklaratif melainkan kalimat interogatif.
2.      Data 13
Data 13 merupakan tuturan langsung tidak literal. Konteks dalam tuturan ini adalah kucing objek belum makan pagi itu. Kemudian ibunya sedang makan dan kucingnya mendekati ibunya. Maksud dari tuturan inii adalah objek meminta ibunya memberi kucingnya makanan. Tapi, modus kalimatnya bukan kalimat imperatif melainkan kalimat deklaratif.
3.      Data 14
Data 14 merupakan tuturan langsung tidak literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek ingin sekali bermain game di laptop tantenya. Tapi, karena tantenya sedang sibuk dia bertanya dulu apakah game yang dia inginkan masih ada atau sudah dihapus. Maksud dari tuturan ini adalah dia ingin meminta tantenya membuka game itu untuknya. Tapi, modus kalimatnya bukan kalimat imperatif melainkan kalimat interogatif.

2.2.4        Tuturan Tidak Langsung Tidak Literal

1.      Data 15
Data 15 merupakan tuturan tidak langsung tidak literal. Konteks dalam tuturan ini adalah ibu objek akan pergi bekerja. Maksud dari tuturan ini adalah objek ingin melarang ibunya pergi bekerja. Tapi, dalam tuturan tidak disebutkan. Tidak literal karena modus kalimatnya bukan kalimat imperatif melainkan kalimat deklaratif.
2.      Data 16
Data 16 merupakan tuturan tidak langsung literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek sedang main ke tempat temannya. Maksud dari tuturan ini adalah objek ingin mengajak temannya main ke rumahnya. Tapi, dalam tuturan tidak disebutkan. Tidak literal karena modus kalimatnya bukan kalimat imperatif melainkan kalimat deklaratif.
3.      Data 17
Data 17 merupakan tuturan tidak langsung tidak literal. Konteks dalam tuturan ini adalah ibu objek akan pergi bekerja. Maksud dari tuturan ini adalah objek ingin menyuruh ibunya tinggal lebih lama dengannya pagi itu. Tapi, dalam tuturan tidak disebutkan. Tidak literal karena modus kalimatnya bukan kalimat imperatif melainkan kalimat interogatif.
4.      Data 18
Data 18 merupakan tuturan tidak langsung tidak literal. Konteks dalam tuturan ini adalah objek akan pergi main keluar. Kemudian, adiknya ingin ikut. Maksud dari tuturan ini adalah ia ingin melarang adiknya untuk mengikutinya. Tapi, dalam tuturan tidak disebutkan. Tidak literal karena modus kalimatnya bukan kalimat imperatif melainkan kalimat deklaratif.


BAB V
SIMPULAN


Berdasarkan hasil penelitian yang sudah peneliti lakukan, peneliti mendapat simpulan, yaitu bahwa anak-anak umur 5 tahun sudah mengerti cara menyampaikan sesuatu dengan cara lain pada orang dewasa, baik secara langsung literal, langsung tidak literal, tidak langsung literal, ataupun tidak langsung tidak literal. Hal ini menunjukkan bahwa teori kelangsungan dan KELITERALAN tuturan dapat dijadikan acuan untuk memahami bahasa anak-anak umur 5 tahun.


DAFTAR PUSTAKA


Rusminto, Nurlaksana Eko. 2013. Analisis Wacana Sebuah Kajian Teoritis dan Praktis. Lampung: Universitas Lampung











No comments:

Post a Comment