Pages

Saturday 3 September 2016

Makalah Pemerolehan Morfosintaksis Anak Usia 3 Tahun

PEMEROLEHAN MORFOSINTAKSIS

(Makalah)


Disusun Oleh:
1.      Devi Fitriani               (1413041016)
2.      Tia Martiana             (1413041073)
3.      Ulfa Mia Lestari        (1413041075)
4.      Veppi Septira             (1413041076)

Dosen Pengampu:
Dr. Farida Ariyani, M.Pd.
Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd




Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa juga kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penulisan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang berjudul Pemerolehan Morfosintaksis ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui pemerolehan morfosintaksis pada anak. Makalah ini membicarakan pemerolehan morfosintaksis umur satu tahun, pemerolehan morfologu umur dua tahun, dan pemerolehan sintaksis umur dua tahun.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.



DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan
2.1 Pemerolehan Morfosintaksis Umur Satu Tahun.......................................................... 2
2.2 Pemerolehan Morfologi Umur Dua Tahun.................................................................. 2
2.3 Pemerolehan Sintaksis Umur Dua Tahun.................................................................... 4
Bab III Penutup
3.1 Simpulan...................................................................................................................... 9
3.2 Saran............................................................................................................................ 9
Daftar Pustaka....................................................................................................................... 10



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bahasa merupakan alat manusia untuk berkomunikasi. Pada dasarnya, setiap manusia pun telah memiliki potensi untuk dapat berbahasa sejak ia dilahirkan ke dunia. Tuhan menciptakannya sebagai media agar ia dapat memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk sosial, yang tak pernah bisa lepas dari bantuan orang lain.
Sejak seorang anak dilahirkan, ia menangis. Hal itu merupakan caranya untuk mengkomunikasikan dirinya meskipun bukan secara verbal. Namun, bukti ini menjelaskan bahwa manusia sudah siap untuk dapat berbahasa. Seiring dengan perkembangan fisiknya, perkembangan bahasa anak pun makin berkembang.
Perkembangan bahasa anak selalu dimulai dari kata-kata yang sederhana menuju kata-kata yang lebih rumit dan konkret. Bagaimana anak-anak mengembangkan potensi berbahasanya begitu terlihat di dua tahun pertamanya. Kemampuan di masa-masa ini lebih menunjukkan ke kemampuan sintaksis dan morfologinya.
Karena itulah, makalah ini dibuat untuk menjelaskan bagaimana pemerolehan morfosintaksis anak umur dua tahun. Bagaimana pemerolehan bahasa anak meliputi morofologi dan sintaksisnya di dua tahun pertama mereka, akan dijelaskan di dalam makalah ini.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pemerolehan morfosintaksis umur satu tahun?
2.      Bagaimana pemerolehan morfologi umur dua tahun?
3.      Bagaimana pemerolehan sintaksis umur dua tahun?

1.3  Tujuan
1.      Menjelaskan pemerolehan morfosintaksis umur satu tahun
2.      Menjelaskan pemerolehan morfologi umur dua tahun
3.      Menjelaskan pemerolehan sintaksis umur dua tahun
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemerolehan Morfosintaksis Umur Satu Tahun
Pada dua belas bulan pertama, anak belum dapat menunjukkan adanya pemerolehan sintaksis maupun morfologi. Karena di usia ini, anak tengah berada dalam perkembangan neurobiologinya. Meskipun demikian, anak sudah mampu memahami komunikasi dengan orang dewasa di sekitarnya. Ketika anak diminta untuk mengambilkan sesuatu, anak akan mengerti dan mematuhinya sebagai sebuah tindakan. Hal ini membuktikan, bahwa meski belum terbentuknya bahasa pada anak, anak telah mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa.
Di umur ini, anak baru dapat memproduksi kata-kata bilabial seperti papa dan mama. Meskipun hal itu bukan merujuk pada arti dari mama dan papa itu sendiri. Namun terkadang orang tua menganggap bahwa itu adalah panggilan untuk ayah dan ibunya.
Sejatinya, di usia satu tahun, anak belum mampu menyebutkan bahasa berupa kata benda, keadaan atau peristiwa apa pun secara konkret. Bunyi-bunyi yang dikeluarkannya hanya berupa pelafalan bilabialnya yang mulai berkembang. Hal ini pun menunjukkan bahwa komprehensi anak mengenai bahasa lebih dulu didapatkan anak daripada produksi bahasa. Anak akan mengerti bahasa orang dewasa dan mencoba untuk mengapresiasikan pada dirinya sendiri. Secara perlahan, anak akan mampu menguasai beberapa kata yang tentunya dimulai dari kata-kata yang sederhana terlebih dulu.

2.2 Pemerolehan Morfologi: Umur Dua Tahun
Pada umur dua tahun, hampir setiap kata yang dikuasai anak adalah monomorfemik. Sehingga ragam BIN yang dikuasainya adalah ragam informal. Contoh kata-kata monomorfemik tersebut adalah sebagai berikut:
[tam]                     “jam”
[pah]                     “jerapah”
[patu]                    “sepatu”
[a?a]                     “kakak”
Meskipun bentuk kata-katanya masih monomorfemik, anak sudah dapat memakai kata-kata itu dalam sebuah kalimat. Dengan kata lain, anak telah mampu menunjukkan keberadaan sesuatu atau benda tersebut secara verbal.
2.2.1 Pemerolehan Afiks: Umur Dua Tahun
Bentuk monomorfemik ini berubah ketika anak mulai memasuki usia kira-kira 1;9:0 tahun. Anak mulai menggunakan prefiks pasif sepertu [di-]. Meskipun masih dalam taraf yang sederhana, namun perkembangan ini sangat membantu dalam perkembangan sintaksisnya. Dampak pada sintaktik yang luas ini maka seluruh stuktur kalimat akan berubah.
Urutan kalimat aktif pada anak biasanya berformula: Pelaku+Verba Aktif+Pasien. Ketika pemakaian prefiks pasif [di-], urutan itu akan berubah juga. Contoh:
(1)   [dibawa titus mah]                 “Dibawa tikus, Ma.”
(2)   [dimakan kuting]                    “Dimakan kucing.”
(3)   [ditika mah/ni ditika]             “Disetrika, Ma, ini disetrika.”
Anak yang telah menyadari adanya verba pasif menandakan bahwa ia pun telah mengetahui adanya dua morfem pasa suatu verba. Kemampuan ini lebih tampak lagi ketika ia dapat membedakan prefiks [di-] dan prefiks [ter-] pada umur 1;9. Contoh:
[oo tebalik]                       “O, terbalik.”
[dibalik dulu]                   “Dibalik dulu.”
Perkembangan morfologis ini terus berkembang hingga anak pun memakai sufiks [-in] pada umur 1;9;3. Contoh:
[butain, mah]                    “Bukain, Mah.”
Namun, bentuk [-in] ini tidak dipakai anak sembarangan. Misalnya anak mengucapkan kata [kelualin] keluarin, ia jarang mengucapkan pada kata [adain] atau [liatin].
Kecuali [di-] dan [ter-] belum ada prefiks lain yang muncul. Prefiks [ber-] memang mucul pada kata berdiri. Namun, kata ini sendiri mempunyai tafsiran yang menarik. Munculnya prefiks ini tidak mustahil karena kenyataan bahwa bentuk diri itu sendiri tidak dapat berfungsi sebagai verba tana prefiks –lain dengan lari atau main yang dapat juga memiliki bentuk berlari dan bermain. Karena itu, orang dewasa di sekitar juga menambahkan prefiks ini pada kata diri sehingga akhirnya bentuk utuh itulah yang diperoleh anak.
Pengertian adanya bentuk polifermik ini  juga kelihatan pada pemakaian klitik [-nya] yang muncul pertama kali pada umur 1;9:3. Bentuk ini merupakan bentuk yang merujuk pada makna posesif maupun kedefinitan (Dardjowidjojo, 1983]. Contoh:
[ni adsuna etsa]                “Ini baju(nya) Echa.”
[kutingnya mana, mah]    “Cicaknya mana, mah?”
Pada contoh pertama, bentuk klitik [-nya] dipakai untuk menunjukkan kepimilikan. Sedangkan pada contoh kedua, bentuk klitik [-nya] dipakai untuk menyatakan suatu nomina yang memiliki informasi yang lama, sehingga diwujudkan dalam bentuk definit.

2. 3 Pemerolehan Sintaksis: Umur Dua Tahun
Pemerolehan bahasa anak mengatakan bahwa anak memperoleh kata secara bertahap. Satu kata, dua kata, tiga kata hingga multikata.
2.3.1 Ujaran Satu Kata: Umur Dua Tahun
Sampai dengan umur 1;5:0 sukukata yang dikeluarkan anak telah banyak. Tetapi sebagian kata-kata ini belum memiliki makna. Contoh:
[ya]                       [tih]                 [bai]
[e me wu]             [pa pis]            [da da]
Kata-kata ini lebih bersifat melatih motoris. Anak belum mampu sepenuhnya memahami pemroduksian bahasa. Kemampuan berproduksi mulai tampak pada umur 1;6:0. Pada tahap ini anak mulai mengucapkan kata-kata yang berdwisuku, tidak hanya ekasuku. Contoh:
[dah]                     “gajah”
[tan]                      “ikan”
[ayam]                  “ayam”
[peda]                   “sepeda”
Seperti halnya dengan ujaran satu kata pada umumnya, wujud sintaksisnya tentu saja sederhana sekali, namun semantiknya sangat komplek. Ketika kata seperti [mamah] “mamah”, [abis] “habis”, dan [nani] “nyanyi” masing-masing merujuk pada entitas keadaan dan perbuatan yang berbeda-beda. Kata [mamah] “mamah” akan diucapkannya ketika ia melihat ibunya, kata [abis] “habis” diucapkan setelah ia selesai minum susu yang merujuk isi dalam botol susunya sudah habis, dan kata [nani] “nyanyi” merujuk pada keadaan ketika ia akan bernyanyi.
Dari kata yang telah dikuasainya ini, anak sebenarnya telah menguasai beberapa macam tindak ujaran:
a.       Pernyataan     : [itan]              “Itu ikan”
b.      Permintaan     : [awas]            “Awas, menyingkirlah”
c.       Bantahan        : [butan]           “Bukan, itu bukan (ikan)”
d.      Larangan        : [danan]          “Jangan”
2.3.2 Ujaran Dua Kata: Umur Dua Tahun
Perubahan dari ujaran satu kata ke dua kata tampak berjalan secara gradual sejak umur 1;8:2. Pada mulanya ujaran merupakan dua kata yang terpisah dengan jeda, sehingga seolah-olah seperti dua ujaran yang berlain-lainan. Contoh:
[etsa // nani]                      “Echa. Nyanyi.” (Echa mau nyanyi)
[ampu // nala]                   “Lampu. Nyala.” (Lampunya menyala)
Kemudian jeda itu semakin pendek sehingga kedua kata itu menjadi lebih dekat secara temporal. Sehingga intonasinya berubah menjadi intonasi 231 bukan lagi 231 + 231.
Dalam teori pemerolehan sintaksis, umumnya dikatakan bahwa ujaran berbentuk melalui tahap satu kata, dua kata, dan tiga kata atau lebih. Pada umur 1;6:0 memang kebanyakan ujaran anak masih dalam bentuk satu kata. Namun, pada umur 1;8:2 ujaran tiga kata telah mampu ia ucapkan. Kemudian pada umur 2;0:0 mayoritas ujaran anak masih satu atau dua kata, meskipun jumlah ujaran yang tiga kata atau lebih sudah mulai bertambah.
2.3.3 Bentuk Interogratif: Umur Dua Tahun
Bentuk kalimat interogatif yang sudah muncul sampai dengan umur 2;0:0 ini tampaknya terbatas pada hal-hal yang sifatnya eksploratori. Kata ganti yang mula-mula dikuasai adalah mana dan apa; kemudian menyusul siapa, dan akhirnya bagaimana. Bentuk apa selalu diapakai sebagai pengganti nomina atau fungsi yang ditanyakan. Contoh:
[ini apa / mah]                  “Ini apa, Mah?”
[ini untuk apa / mah]        “Ini untuk apa, Mah?”
[papah mana / ya]             “Papa dimana, ya?”
[uuna mana ya]                 “Buku burung hantunya dimana, ya?”
[bukana gimana / mah]     “Bukanya bagaimana, Mah?”
2.3.4 Bentuk Imperatif dan Eksklamatif: Umur Dua Tahun
Karena pada umur muda anak hanya bisa meminta atau menyuruh, maka bentuk imperatif dikuasai lebih awal daripada interogratif. Pada umur 1;8:0 anak dapat membuat perintah sederhana.  Contoh:
[tutup]                  “tutup”
[duduk tsini]        “duduk sini”
Kalimat imperatif inklusif juga sudah muncul. Meskipun hanya terbatas, pamakaian kata aduh yang sering digunakan. Contoh:
[aduh akit]                        “Aduh, sakit”
2.3.5 Bentuk Negatif: Umur Dua Tahun
Bentuk negatif anak yang biasanya dikuasai anak lebih dulu adalah bukan baru selanjutnya belum, itu pun dalam bentuk respon. Bentuk negatif tidak  mula-mula juga dikuasai sebagai bentuk respon. Sedangkan kata jangan diucpkan dan dikuasai secara berbeda.
Pemerolehan bentuk bukan secara dini ini mungkin sekali dipengarui oleh kenyataan bahwa pada tahap awal penguasaan, anak lebih banyak menyerap hal-hal yang ada di sekitar dan hal-hal ini kebanyakan menyangkut nomina. Karena itu, bentuk negatifnya pasti lebih dulu masuk sebagai masukan. Konsep sini dan kini tampaknya berpengaruh pula pada pemerolehan bentuk belum karena di samping nomina, kategori lain yang banyak jumlah anggotanya adalah erba. Munculnya bentuk negatif ini mungkin pula dipacu oleh seringnya bentuk ini muncul sebagai stimulus maupun respon.
2.3.6 Struktur Modifikasi: Umur Dua Tahun
Kemampuan semantik anak sudah pula terlihat pada struktur modifikasi yang membentuk frasa. Bentuk modifikasi yang telah muncul barulah dua macam: posesif dan deskriptif. Frasa posesif yang mulai muncul pada umur 1;8 terdiri dari dua kata dengan urutan “dimiliki + pemilik”. Contoh: [patu papah] “sepatu papah”.
Bentuk posesif lain yang tampaknya sudah mantap adalah bentuk yang dengan kata punya seperti pada kalimat
[ini puna etsa]                   “Ini punya Echa”
Frasa deskriptif juga masih terbatas pada dua kata dengan urutan “induk + penjelas” seperti pada
[ail putih]                          “Air putih”
Ada pula frasa yang hubungan katanya seperti frasa majemuk
[bulon melak]                   “Burung merak”
2.3.7 Nominalisasi: Umur Dua Tahun
Meskipun belum dapat memakai kata relatif yang dalam modifikasi, anak mampu memakai kata relatif untuk menominalisasikan suatu kata non-nominal. Contoh:
[etsa mau yang melah]                 “Echa mau yang merah”
Nominalisasi ini sangat menarik karena dalam benaknya sudah tahu bahwa untuk menduduki posisi subjek atau objek yang dipakai harus berkategori nomina atau nominal. Karena adjektiva merah dia nominalisasikan terlebih dahulu sebelum masing-masing dipakai sebagai objek dan subjek.
2.3.8 Pronomina: Umur Dua Tahun
Pronomina yang dikuasi adalah ini dan itu. Kedua bentuk ini sering diucapkan sebagai [nih] dan [tuh]. Pemakaian masih terbatas sebagai pronomina utuh yang tidak memodifikasi nomina yang lain. Contoh:
[ni apa / mah]                   “Ini apa, Ma?”
Pronomina dia juga sudah muncul tetapi bukan dipakai sebagai pronomina persona. Kata ini baru muncul dalam suatu konteks tertentu, yakni pada ungkapan “Itu dia...”.








BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerolehan  morfosintaksis pada naka umur satu dan dua tahun memiliki perbedaan yang signifikan. Pada duabelas tahun pertama anak belum menunjukkan pemerolehan morfologi dan sintaksis yang berarti. Anak-anak baru bisa mengucapkan kata-kata bilabial. Sedangkan anak-anak umur dua tahun  sintaksis sudah menunjukkan pemerolehan morfologi dan sintaksis meskipun bentuk katanya kebanyakan masih mono morfemik.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis menyarankan agar pemerolehan bahasa anak terus dipantau dan diajarkan sesuai dengan umurnya. Orang tua hendaknya dapat mengerti bahwa anak membutuhkan proses untuk dapat mengenal kata per kata yang biasa  orang dewasa bisa ucapkan.



DAFTAR PUSTAKA

Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo
Mar’at, Samsunuwiyati. 2011. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama





No comments:

Post a Comment