PEMEROLEHAN MORFOSINTAKSIS
(Makalah)
1.
Devi Fitriani (1413041016)
2.
Tia Martiana (1413041073)
3.
Ulfa Mia Lestari (1413041075)
4.
Veppi Septira (1413041076)
Dosen Pengampu:
Dr. Farida Ariyani, M.Pd.
Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd
Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
2015
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa
juga kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam penulisan makalah ini.
Kami
berharap semoga makalah yang berjudul Pemerolehan
Morfosintaksis ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui pemerolehan
morfosintaksis pada anak. Makalah ini membicarakan pemerolehan morfosintaksis
umur satu tahun, pemerolehan morfologu umur dua tahun, dan pemerolehan
sintaksis umur dua tahun.
Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun selalu kami butuhkan demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................................. ii
Bab
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
Bab
II Pembahasan
2.1 Pemerolehan Morfosintaksis Umur Satu Tahun.......................................................... 2
2.2 Pemerolehan Morfologi Umur Dua Tahun.................................................................. 2
2.3 Pemerolehan Sintaksis Umur Dua Tahun.................................................................... 4
2.1 Pemerolehan Morfosintaksis Umur Satu Tahun.......................................................... 2
2.2 Pemerolehan Morfologi Umur Dua Tahun.................................................................. 2
2.3 Pemerolehan Sintaksis Umur Dua Tahun.................................................................... 4
Bab
III Penutup
3.1 Simpulan...................................................................................................................... 9
3.2 Saran............................................................................................................................ 9
3.1 Simpulan...................................................................................................................... 9
3.2 Saran............................................................................................................................ 9
Daftar
Pustaka....................................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa merupakan alat
manusia untuk berkomunikasi. Pada dasarnya, setiap manusia pun telah memiliki
potensi untuk dapat berbahasa sejak ia dilahirkan ke dunia. Tuhan
menciptakannya sebagai media agar ia dapat memenuhi kebutuhannya sebagai
makhluk sosial, yang tak pernah bisa lepas dari bantuan orang lain.
Sejak seorang anak
dilahirkan, ia menangis. Hal itu merupakan caranya untuk mengkomunikasikan
dirinya meskipun bukan secara verbal. Namun, bukti ini menjelaskan bahwa
manusia sudah siap untuk dapat berbahasa. Seiring dengan perkembangan fisiknya,
perkembangan bahasa anak pun makin berkembang.
Perkembangan bahasa
anak selalu dimulai dari kata-kata yang sederhana menuju kata-kata yang lebih
rumit dan konkret. Bagaimana anak-anak mengembangkan potensi berbahasanya
begitu terlihat di dua tahun pertamanya. Kemampuan di masa-masa ini lebih
menunjukkan ke kemampuan sintaksis dan morfologinya.
Karena itulah, makalah
ini dibuat untuk menjelaskan bagaimana pemerolehan morfosintaksis anak umur dua
tahun. Bagaimana pemerolehan bahasa anak meliputi morofologi dan sintaksisnya
di dua tahun pertama mereka, akan dijelaskan di dalam makalah ini.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemerolehan morfosintaksis
umur satu tahun?
2. Bagaimana pemerolehan morfologi umur dua
tahun?
3.
Bagaimana
pemerolehan sintaksis umur dua tahun?
1.3
Tujuan
1. Menjelaskan pemerolehan morfosintaksis
umur satu tahun
2. Menjelaskan pemerolehan morfologi umur
dua tahun
3.
Menjelaskan
pemerolehan sintaksis umur dua tahun
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pemerolehan Morfosintaksis Umur Satu Tahun
Pada
dua belas bulan pertama, anak belum dapat menunjukkan adanya pemerolehan
sintaksis maupun morfologi. Karena di usia ini, anak tengah berada dalam
perkembangan neurobiologinya. Meskipun demikian, anak sudah mampu memahami
komunikasi dengan orang dewasa di sekitarnya. Ketika anak diminta untuk
mengambilkan sesuatu, anak akan mengerti dan mematuhinya sebagai sebuah
tindakan. Hal ini membuktikan, bahwa meski belum terbentuknya bahasa pada anak,
anak telah mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa.
Di
umur ini, anak baru dapat memproduksi kata-kata bilabial seperti papa dan mama. Meskipun hal itu bukan merujuk pada arti dari mama dan papa itu sendiri. Namun terkadang orang tua menganggap bahwa itu
adalah panggilan untuk ayah dan ibunya.
Sejatinya,
di usia satu tahun, anak belum mampu menyebutkan bahasa berupa kata benda,
keadaan atau peristiwa apa pun secara konkret. Bunyi-bunyi yang dikeluarkannya
hanya berupa pelafalan bilabialnya yang mulai berkembang. Hal ini pun
menunjukkan bahwa komprehensi anak mengenai bahasa lebih dulu didapatkan anak
daripada produksi bahasa. Anak akan mengerti bahasa orang dewasa dan mencoba
untuk mengapresiasikan pada dirinya sendiri. Secara perlahan, anak akan mampu
menguasai beberapa kata yang tentunya dimulai dari kata-kata yang sederhana
terlebih dulu.
2.2 Pemerolehan Morfologi: Umur Dua Tahun
Pada
umur dua tahun, hampir setiap kata yang dikuasai anak adalah monomorfemik.
Sehingga ragam BIN yang dikuasainya adalah ragam informal. Contoh kata-kata
monomorfemik tersebut adalah sebagai berikut:
[tam] “jam”
[pah] “jerapah”
[patu] “sepatu”
[a?a] “kakak”
Meskipun
bentuk kata-katanya masih monomorfemik, anak sudah dapat memakai kata-kata itu
dalam sebuah kalimat. Dengan kata lain, anak telah mampu menunjukkan keberadaan
sesuatu atau benda tersebut secara verbal.
2.2.1 Pemerolehan Afiks: Umur Dua Tahun
Bentuk
monomorfemik ini berubah ketika anak mulai memasuki usia kira-kira 1;9:0 tahun.
Anak mulai menggunakan prefiks pasif sepertu [di-]. Meskipun masih dalam taraf yang
sederhana, namun perkembangan ini sangat membantu dalam perkembangan
sintaksisnya. Dampak pada sintaktik yang luas ini maka seluruh stuktur kalimat
akan berubah.
Urutan
kalimat aktif pada anak biasanya berformula: Pelaku+Verba Aktif+Pasien. Ketika
pemakaian prefiks pasif [di-], urutan itu akan berubah juga. Contoh:
(1) [dibawa titus mah] “Dibawa tikus, Ma.”
(2) [dimakan kuting] “Dimakan kucing.”
(3) [ditika mah/ni ditika] “Disetrika, Ma, ini disetrika.”
Anak
yang telah menyadari adanya verba pasif menandakan bahwa ia pun telah
mengetahui adanya dua morfem pasa suatu verba. Kemampuan ini lebih tampak lagi
ketika ia dapat membedakan prefiks [di-] dan prefiks [ter-] pada umur 1;9.
Contoh:
[oo
tebalik] “O,
terbalik.”
[dibalik
dulu] “Dibalik dulu.”
Perkembangan
morfologis ini terus berkembang hingga anak pun memakai sufiks [-in] pada umur
1;9;3. Contoh:
[butain,
mah] “Bukain, Mah.”
Namun,
bentuk [-in] ini tidak dipakai anak sembarangan. Misalnya anak mengucapkan kata
[kelualin] keluarin, ia jarang mengucapkan pada kata [adain] atau [liatin].
Kecuali
[di-] dan [ter-] belum ada prefiks lain yang muncul. Prefiks [ber-] memang
mucul pada kata berdiri. Namun, kata
ini sendiri mempunyai tafsiran yang menarik. Munculnya prefiks ini tidak
mustahil karena kenyataan bahwa bentuk diri
itu sendiri tidak dapat berfungsi sebagai verba tana prefiks –lain dengan lari
atau main yang dapat juga memiliki bentuk berlari
dan bermain. Karena itu, orang dewasa
di sekitar juga menambahkan prefiks ini pada kata diri sehingga akhirnya bentuk utuh itulah yang diperoleh anak.
Pengertian
adanya bentuk polifermik ini juga
kelihatan pada pemakaian klitik [-nya] yang muncul pertama kali pada umur
1;9:3. Bentuk ini merupakan bentuk yang merujuk pada makna posesif maupun
kedefinitan (Dardjowidjojo, 1983]. Contoh:
[ni
adsuna etsa] “Ini baju(nya)
Echa.”
[kutingnya
mana, mah] “Cicaknya mana, mah?”
Pada
contoh pertama, bentuk klitik [-nya] dipakai untuk menunjukkan kepimilikan.
Sedangkan pada contoh kedua, bentuk klitik [-nya] dipakai untuk menyatakan suatu
nomina yang memiliki informasi yang lama, sehingga diwujudkan dalam bentuk
definit.
2. 3 Pemerolehan Sintaksis: Umur Dua Tahun
Pemerolehan
bahasa anak mengatakan bahwa anak memperoleh kata secara bertahap. Satu kata,
dua kata, tiga kata hingga multikata.
2.3.1 Ujaran Satu Kata: Umur Dua Tahun
Sampai
dengan umur 1;5:0 sukukata yang dikeluarkan anak telah banyak. Tetapi sebagian
kata-kata ini belum memiliki makna. Contoh:
[ya] [tih] [bai]
[e
me wu] [pa pis] [da da]
Kata-kata
ini lebih bersifat melatih motoris. Anak belum mampu sepenuhnya memahami
pemroduksian bahasa. Kemampuan berproduksi mulai tampak pada umur 1;6:0. Pada
tahap ini anak mulai mengucapkan kata-kata yang berdwisuku, tidak hanya
ekasuku. Contoh:
[dah] “gajah”
[tan] “ikan”
[ayam] “ayam”
[peda] “sepeda”
Seperti
halnya dengan ujaran satu kata pada umumnya, wujud sintaksisnya tentu saja
sederhana sekali, namun semantiknya sangat komplek. Ketika kata seperti [mamah]
“mamah”, [abis] “habis”, dan [nani] “nyanyi” masing-masing merujuk pada entitas
keadaan dan perbuatan yang berbeda-beda. Kata [mamah] “mamah” akan diucapkannya
ketika ia melihat ibunya, kata [abis] “habis” diucapkan setelah ia selesai
minum susu yang merujuk isi dalam botol susunya sudah habis, dan kata [nani]
“nyanyi” merujuk pada keadaan ketika ia akan bernyanyi.
Dari
kata yang telah dikuasainya ini, anak sebenarnya telah menguasai beberapa macam
tindak ujaran:
a. Pernyataan : [itan] “Itu
ikan”
b. Permintaan : [awas] “Awas,
menyingkirlah”
c. Bantahan :
[butan] “Bukan, itu bukan
(ikan)”
d. Larangan :
[danan] “Jangan”
2.3.2 Ujaran Dua Kata: Umur Dua Tahun
Perubahan
dari ujaran satu kata ke dua kata tampak berjalan secara gradual sejak umur
1;8:2. Pada mulanya ujaran merupakan dua kata yang terpisah dengan jeda,
sehingga seolah-olah seperti dua ujaran yang berlain-lainan. Contoh:
[etsa
// nani] “Echa.
Nyanyi.” (Echa mau nyanyi)
[ampu
// nala] “Lampu. Nyala.”
(Lampunya menyala)
Kemudian
jeda itu semakin pendek sehingga kedua kata itu menjadi lebih dekat secara
temporal. Sehingga intonasinya berubah menjadi intonasi 231 bukan lagi 231 +
231.
Dalam
teori pemerolehan sintaksis, umumnya dikatakan bahwa ujaran berbentuk melalui
tahap satu kata, dua kata, dan tiga kata atau lebih. Pada umur 1;6:0 memang
kebanyakan ujaran anak masih dalam bentuk satu kata. Namun, pada umur 1;8:2
ujaran tiga kata telah mampu ia ucapkan. Kemudian pada umur 2;0:0 mayoritas
ujaran anak masih satu atau dua kata, meskipun jumlah ujaran yang tiga kata
atau lebih sudah mulai bertambah.
2.3.3 Bentuk Interogratif: Umur Dua Tahun
Bentuk
kalimat interogatif yang sudah muncul sampai dengan umur 2;0:0 ini tampaknya
terbatas pada hal-hal yang sifatnya eksploratori. Kata ganti yang mula-mula
dikuasai adalah mana dan apa; kemudian menyusul siapa, dan akhirnya bagaimana. Bentuk apa
selalu diapakai sebagai pengganti nomina atau fungsi yang ditanyakan. Contoh:
[ini
apa / mah] “Ini apa,
Mah?”
[ini
untuk apa / mah] “Ini untuk apa,
Mah?”
[papah
mana / ya] “Papa dimana, ya?”
[uuna
mana ya] “Buku burung
hantunya dimana, ya?”
[bukana
gimana / mah] “Bukanya bagaimana,
Mah?”
2.3.4 Bentuk Imperatif dan Eksklamatif: Umur Dua
Tahun
Karena
pada umur muda anak hanya bisa meminta atau menyuruh, maka bentuk imperatif
dikuasai lebih awal daripada interogratif. Pada umur 1;8:0 anak dapat membuat
perintah sederhana. Contoh:
[tutup] “tutup”
[duduk
tsini] “duduk sini”
Kalimat
imperatif inklusif juga sudah muncul. Meskipun hanya terbatas, pamakaian kata aduh yang sering digunakan. Contoh:
[aduh
akit] “Aduh, sakit”
2.3.5 Bentuk Negatif: Umur Dua Tahun
Bentuk
negatif anak yang biasanya dikuasai anak lebih dulu adalah bukan baru selanjutnya belum,
itu pun dalam bentuk respon. Bentuk negatif tidak mula-mula juga dikuasai sebagai bentuk
respon. Sedangkan kata jangan
diucpkan dan dikuasai secara berbeda.
Pemerolehan
bentuk bukan secara dini ini mungkin
sekali dipengarui oleh kenyataan bahwa pada tahap awal penguasaan, anak lebih
banyak menyerap hal-hal yang ada di sekitar dan hal-hal ini kebanyakan
menyangkut nomina. Karena itu, bentuk negatifnya pasti lebih dulu masuk sebagai
masukan. Konsep sini dan kini tampaknya berpengaruh pula pada
pemerolehan bentuk belum karena di
samping nomina, kategori lain yang banyak jumlah anggotanya adalah erba.
Munculnya bentuk negatif ini mungkin pula dipacu oleh seringnya bentuk ini
muncul sebagai stimulus maupun respon.
2.3.6 Struktur Modifikasi: Umur Dua Tahun
Kemampuan
semantik anak sudah pula terlihat pada struktur modifikasi yang membentuk
frasa. Bentuk modifikasi yang telah muncul barulah dua macam: posesif dan
deskriptif. Frasa posesif yang mulai muncul pada umur 1;8 terdiri dari dua kata
dengan urutan “dimiliki + pemilik”. Contoh: [patu papah] “sepatu papah”.
Bentuk
posesif lain yang tampaknya sudah mantap adalah bentuk yang dengan kata punya seperti pada kalimat
[ini
puna etsa] “Ini punya
Echa”
Frasa
deskriptif juga masih terbatas pada dua kata dengan urutan “induk + penjelas”
seperti pada
[ail
putih] “Air
putih”
Ada
pula frasa yang hubungan katanya seperti frasa majemuk
[bulon
melak] “Burung merak”
2.3.7 Nominalisasi: Umur Dua Tahun
Meskipun
belum dapat memakai kata relatif yang
dalam modifikasi, anak mampu memakai kata relatif untuk menominalisasikan suatu
kata non-nominal. Contoh:
[etsa
mau yang melah] “Echa mau
yang merah”
Nominalisasi
ini sangat menarik karena dalam benaknya sudah tahu bahwa untuk menduduki
posisi subjek atau objek yang dipakai harus berkategori nomina atau nominal.
Karena adjektiva merah dia
nominalisasikan terlebih dahulu sebelum masing-masing dipakai sebagai objek dan
subjek.
2.3.8 Pronomina: Umur Dua Tahun
Pronomina
yang dikuasi adalah ini dan itu. Kedua bentuk ini sering diucapkan
sebagai [nih] dan [tuh]. Pemakaian masih terbatas sebagai pronomina utuh yang
tidak memodifikasi nomina yang lain. Contoh:
[ni
apa / mah] “Ini apa,
Ma?”
Pronomina
dia juga sudah muncul tetapi bukan
dipakai sebagai pronomina persona. Kata ini baru muncul dalam suatu konteks
tertentu, yakni pada ungkapan “Itu dia...”.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari
hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerolehan morfosintaksis pada naka umur satu dan dua
tahun memiliki perbedaan yang signifikan. Pada duabelas tahun pertama anak
belum menunjukkan pemerolehan morfologi dan sintaksis yang berarti. Anak-anak
baru bisa mengucapkan kata-kata bilabial. Sedangkan anak-anak umur dua
tahun sintaksis sudah menunjukkan
pemerolehan morfologi dan sintaksis meskipun bentuk katanya kebanyakan masih
mono morfemik.
3.2 Saran
Kami
sebagai penulis menyarankan agar pemerolehan bahasa anak terus dipantau dan
diajarkan sesuai dengan umurnya. Orang tua hendaknya dapat mengerti bahwa anak
membutuhkan proses untuk dapat mengenal kata per kata yang biasa orang dewasa bisa ucapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo,
Soenjono. 2000. Echa Kisah Pemerolehan
Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo
Mar’at,
Samsunuwiyati. 2011. Psikolinguistik
Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama
No comments:
Post a Comment